Bolehkah ku pejamkan mataku dan bangun dalam keadaan semua wish listku sudah tercapai?

Diumur 20 tahun, yang katanya ini adalah fase remaja akhir, dan tandanya memasuki fase dewasa. Sudah mulai terfikir esok akan kemana dan mau gimana. Mungkin dimulai dari target goals hidup yang berisikan cita-cita yang ingin dicapai untuk kedepannya. Target itu sudah ku tulis dari jaman ketika aku masih duduk di madrasah Aliyah. Bisa dibayangkan dulu aku sangatlah semangat, ambisiku untuk tujuan kedepan layaknya seorang yang tak pernah peduli sekitar. Akan tetapi, mungkin ini sudah fasenya atau sekaraang memang aku lagi di fasenya? Atau ini yang merasakan hanyalah aku sajaL? Entah, aku kurang mengerti.

Dimulai dari kehidupam 20 tahun. Tapi, sebentar sebelumnya aku tidak ingin terlalu menyalahkan umur. Aku tidak juga mau justifikasi diriku serendah itu dan sesalah itu. Entah kenapa, ketika bangun dari tidur meski sudah berdoa aku hanya dirundungi perasaan takut, khawatir, cemas tentang hari yang akan dijalani. Seolah semuaa ketakutan itu langsung memenuhi kepalaku. Dan, aku hanya bisa berdiam dan merenungi seraya berkata “Ya Allah aku bisa engga yaa melewati hari ini?” pertanyaan demi pertanyaan mulai menghantui. Engga tau kenapa juga moment kedekatanku sama Sang Pencipta tak se romantis dulu. Waittt, aku mulai berfikir atau karena itu kali ya aku banyak menyimpan ketakutan, kecemasan dan khawatir dalam diriku?

Di lingkungan yang nyaman, terkadang membuat kita lalai akan tujuan diciptakan. Huh, mungkin aku saja yang merasakan. Kayak sekarang segala apapun yang dilakukan engga semanis dulu. Ya, mungkin setiap menjalani perjalanan kehidupan mesti akan menemukan hal kepahitan, tapi aku kayak ngerasa semua yang kulakukan hampa rasanya. Inginku mendekati-Nya. Tapi, akhir-akhir ini hanya berisikan kemalasan.

Akhir tahun, tepat di bulan desember 2023. Sebentar lagi 2024. Aku tak ingin bulan januari esok layaknya bulan desember yang penuh ketakutan ini. Heumm gimana ya caranya, semakin dewasa tuh rasanya tak ingin bercerita pada orang tua. Takutnya hanya menjadikan beban. Tapi sebenarnya persepsiku salah sih. Harusnya terbuka sama orang tua. Tapi kalo menurutku juga, terbuka itu engga semua hal yang bisa diceritakan. Kalo akuu sii aku pilah dan pilih. Urusan masalah mungkin aku cerita tapi, kalo udah selesai masalahnya whehhehhe.

Rasanya ingin merapikan kepingan hari yang mulai berantakan. Rasanya ingin melawan segala rasa kemalasan, ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan. Karena, jika difikir semua harus diperjuangkan. Dan rasa yang kumiliki sekarang juga harus diperjuangkan, dihadapi. Agar tidak lama terbelenggu dan larut dalam rasa itu. Oh iya, ingin bercerita sedikit. Memiliki rasa itu terkadang menyakitkan. Kalo orang yang sudah tidak kuat rasanya ingin melukai diri sendiri soalnya aku pernah merasakan di posisi itu. Isi kepala hanyalah dipenuhi rasa itu, rasanya ingin selesai ajalah nih hidup, tanpa memikirkan kedepan. Jadi buat kalian siapa saja, yang memiliki rasa yang sama denganku saat ini, PR kita hanyalah satu. Mendekatkan diri kembali pada Sang Pencipta. Menjadikan setiap momenya agar terukir romantis kepada-Nya. Karena, jika kita benar ingin dekat pada-Nya, maka Dia akan dekat pada kita dan menjaga kita sepenuhnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertumbuh

Tempat berharap itu akan selalu ada

Buku pinjaman