"Kecemplung"
Kecemplung berkedok
mencari pengalaman
Beberapa bulan lalu satu
hal yang kujalani adalah ketika salah satu dari mimpi yang kutulis terwujud
dengan sebuah keputusan yang terlampir bertengger namaku. Ucapku Alhamdulillah
senangnya, diberi kesempatan untuk mencari pengalaman yang lebih kepada
orang-orang hebat.
Tapi, seiring berjalannya
waktu aku memahami bahwasannya antara aku dan mereka berbeda. Entah aku melihat
dari sudut pandang yang mana. Tapi, itulah yang kurasakan sangat dalam. Kesibukan
mulai melanda. Dengan berbagai program yang akan dikerjakan hingga hari
pertanggung jawaban antara manusia.
Huh, sudahlah mulai dari
aku merasa engga enjoy dan berbeda rasanya tidak ingin kembali nyemplung
disini. Sudahlah, untuk pengalaman yang terus menginspirasi manusia sepertiku
saat ini ucapku dalam hati sambil memeluk diri.
Permulaan dari situlah
entahlah aku mulai menutup diri, mulai emhh apa ya? Mulai, minder over
thingking sama apa yang terjadi. Terkadang, bisa menutupi hal itu, tapi
terkadang diri ini tak bisa menutupi. Kata orang terihat bagaimana diri ini
tidak merasa bersemangat menjalani hari.
Bismillah sudahlah cukup
situ saja kubercerita ucapnya sambal meminum kopi.
Rasanya aku tak ingin
mengorek lebih dalam. Karena, jika semakin dikorek dia tidak enjoy kembali
bercerita padaku. Sudahlah, biar dia bercerita sepuasnya meski aku tau belum
semua terluapkan dari segala yang sedang dipikirkannya.
Aku hanya berkata
padanya. Kamu punya Allah untuk bercerita ketika memang aku si “manusia” yang
tidak setia menjadi pendengarmu. Tapi, InsyaAllah aku tetap akan mendengar
ceritamu. Jadi jangan sungkan ya! Untuk bercerita kembali.
Komentar