Bertemu denganmu lagi dalam kepingan rindu,
Ku temukan surat yang tergeletak di atas mejaku. Dalam tulisan itu tertulis Untukmu sahabatku, ku ingin bercerita panjang tentang diriku yang belum kau tahu. Tertulis disana nama pengirim, dalam hatiku oh ini yang sedari kemaren ingin ia ceritakan" Ku buka surat itu, sambil ku duduk bersantai di teras rumah, ku baca kalimat demi kalimat yang mengejutkanku.
Dear,
Rasanya ingin memutar
waktu ke belakang. Tepat di saat menjalani kehidupan senang dengan mereka. Tapi
apalah daya? Waktu selalu berjalan kedepan, menyusuri lorong misteri kehidupan.
Rasanya rindu berada dalam
satu rumpun kehidupan, pengorbanan, serta perjuangan yang tak pernah
terlupakan. Sungguh rasanya rindu.
Otak ini lambat laun
dipenuhi oleh hal yang tidak semestinya, oleh karena itu aku bercerita padamu
tentang kerinduan, hidup pada era kemajuan teknologi yang sangat pesat
memberikan banyak dampak. Tentunya yang didapat dari kedua dampak itu. Yaitu dampak
negative maupun positif. Andai kamu tahu apa yang kurasa saat ini! Sedang melawan
hal yang tidak pernah aku sangka sebelumnya. Merusak sel otakku dan tentunya
aku tidak bisa segampang itu melepas rasa candu. Sulit rasanya. Makannya itu
aku bercerita. Aku seolah bukan aku yang dulu!
Kini aku jauh lebih sulit
memahami apa yang terjadi pada lingkungan sekitarku. Berkomunikasi yang tak
segampang dulu. Susah untuk merangkai kata yang akan dikeluarkan melalui lisan.
Sulit dalam memahami kondisi serta tugas yang diberikan. Sulit juga dalam
memahami lawan bicara yang sedang mengajak ngobrol asyik menceritakan kehidupan
yang begitu unik.
Kau tahu, aku sering
menyendiri. Dan jujur saja hal itu membunuh diriku secara perlahan. Aku menjadi
pribadi yang sering minder, insecure dan tidak percaya diri! Aku seperti bukan diriku
yang dulu! Kau tahu, saat ini aku sedang mengikuti sebuah komunitas, tapi entah aku jadi orang yang pengecut sekarang! Melari jauh dari permasalahan yang mestinya diselesaikan. Sering, bertanya pada hati terdalam, mengapa saat ini aku menjadi pribadi yang seperti ini? Entah mengapa pertanyaan itu selalu mengusik otakku.
Aku menangis sedu,
ditemani oleh gelapnya langit malam hari. Rasanya malam itu aku dipenuhi rasa kesal! mengapa aku masih seperti ini! Aku belum seutuhnya bisa melepaskan! Sungguh yang dirasa aku tahuu apa akibatnya mendatang, tapi aku tetap melakukan.
Aku rindu kehidupan lalu!
Aku bingung untuk menyudahi rasa canduku
itu! Rasanya sulit sekali! Mencoba untuk berbicara kepada teman yang merupakan lulusan
psikolog ternyata tak menjadikanku berubah 100%. Nyatanya aku masih ada rasa
candu! Inginku bercerita pada kedua orangtuaku. Tapi, apa kata beliau tentang
apa yang terjadi pada diriku. Sudah kujamin akan kecewa pada diriku saat ini.
Aku bingung! Rasanya ingin
melakukan rehabilitasi atau pemulihan dengan pantauan dari dokter. Tapi jujur
saja aku malu untuk meluapkannya.
Katamu, lawan diriku
diriku sendiri! ternyata memang benar, bahkan sekarang aku bingung cara untuk menyudahi rasa canduku dan melawan diri ini agar tertantang dan tidak menjadi pribadi yang pengecut dan malas.
Komentar