Hal penting yang hampir Hilang pada Era saat ini
Sistem
Pendidikan Merupakan sebuah tatanan dalam Pendidikan yang meliputi Sekolah,
Lingkungan, Guru maupun Siswa. Tatanan Pendidikan sendiri dari tahun ke tahun
mengalami sebuah perubahan yang dikendalikan oleh zaman, seperti halnya tatanan
Pendidikan ketika pandemi. Transformasi digital semakin digelorakan oleh
kalangan Pendidikan sendiri, seperti halnya ketika Pandemi tidak bisa menjalani
kegiatan belajar mengajar secara tatap muka karena diberlakukannya protokol
kesehatan guna memutus rantai penularan covid 19. Pemerintah membuat sebuah
kebijakan yakni PJJ atau sering disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh.
Ternyata dengan adanya pandemi itulah semua tatanan atau sistem dalam
Pendidikan berubah drastis. Setelah kurang lebih dalam waktu 2 tahun Pandemi
berlalu, dengan banyak pertimbangan lembaga Pendidikan ada yang sudah melakukan
Pembelajaran secara tatap muka meski belum sepenuhnya.
Pembelajaran
abad 21 menfokuskan kegiatan untuk melatih keterampilan peserta didik dengan
mengarah pada proses pembelajaran yang berfokus pada student cente. Student
center bertujuan untuk menjadikan
siswa memiliki keterampilan berpikir seperti
halnya berpikir kritis, memecahkan masalah, metakognisi, berkomunikasi, berkolaborasi,
inovasi dan kreatif, literasi informasi. Oleh sebab itu diharapkan pendidikan
dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang teknologi
informasi dan juga aspek kemanusiaan karena pembelajaran abad 21 lebih fokus
terhadap pengetahuan dan keterampilan.
Nadiem dalam lembar pidato yang memperingati Hari Guru Nasional yang diunggah di akun Twitter resmi Kemendikbud mengatakan “Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan," kata Nadiem di pidatonya. Nadiem juga semoat menyinggung mengenai kurikulum yang padat dan juga menutup pada kemampuan siswa berkarya. Karena itulah Nadiem memerintahkan para guru untuk melakukan perubahan di kelas mereka. Dengan berdiskusi mencentuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas, dan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas.
Model Pembelajaran yang digunakan pun sangat bermacam, agar siswa tidak mudah merasa bosan. Dalam hal ini pasca Pandemi sebagian besar lembaga pendidikan menggunakan beberapa model pembelajaran untuk mensiasati siswa. Model pembelajaran yang digunakan yaitu PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Pembelajaran dengan penyajian masalah agar siswa menganalisis, menemukan jalan keluar dari permasalahan tersebut.
SMPN 1 Depok, yang sudah mengalami transformasi digital dalam bidang Pendikan awal (Sebelum Pandemi). Pada sekolah ini pemberlakuan digital sudah mulai diberlakukan dengan menggunakan system Pembelajaran Learning by Internet. Pembelajaran Learning by Internet sendiri menuntut siswa agar melek pada teknologi seperti halnya pembuatan Power Point, Mind Mapping ataupun kegiatan Mengajar student center, mereka mencari materi lalu membuat power point dan melakukan presentasi sehingga peran guru disini bukan hanya pengajar akan tetapi fasilitator. Pandemi tidak hanya memberikan dampak yang positif saja akan tetapi terdapat dampak negatif didalamnya.
Ketika Pandemi, Pembelajaran menggunakan Teknologi memang menjadikan siswa lebih melek akan teknologi di tengah zaman digitalisasi ini. Akan tetapi memiliki dampak yang Negatif bila ditelusuri. seperti halnya dikutip dari Liputan Enam terjadinya Krisis Sopan Santun Dampak Pandemi, SD Negeri di Tangerang Diberi Pelatihan 'Mandiri Edukasi" Fenomena krisis tata krama alias sopan santun siswa di sekolah terutama tingkat Sekolah Dasar, semakin terlihat. Terutama pada saat pandemi Covid-19, dimana mengharuskan siswa dua tahun belajar dari rumah secara daring. Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang, Jamaluddin, mengatakan, imbas dua tahun terpapar Covid-19 muncul krisis sopan santun dan etika bersosialisasi siswa SD di wilayahnya. Sebab, pada tahun 2020 sampai 2022 awal semua siswa di Indonesia dipaksa untuk menuntut ilmu secara online tanpa bertemu guru.
Kasus diatas bukan hanya dialami pada Sekolah di daerah Kota Tangerang saja, akan tetapi juga terjadi pada Sekolah SMPN 1 Depok. Basirudin, atau sering dikenal Bapak basir merupakan tenaga Pendidikan dari sekolah tersebut yang mengajar Pendidikan Agama Islam menjelaskan bahwasanya "Pandemi yang terjadi sekitar 2 tahun ini menjadikan siswa kurang akan sopan santunnya. Karena Siswa jarang bertemu dengan gurunya sehingga adab atau sopan santun berkurang. bahkan ketika ada pembelajaran menggunakan platform seperti gogle meet ataupun zoom mereka terkadang jarang mendengarkan dan malah sering ditinggal tinggal. Selain itu juga seringnya anak ketika di rumah tanpa awasan kedua orang tuanya menjadikan siswa lebih banyak waktu dengan gagdetnya sehingga interaksi dengan orang disekitarnya pun jarang, sehingga menjadikan siswa ketika di lingkungannya bertemu dengan orang lain lebih sering memainkan gadgetnya dibandingkan memperhatikan orang yang sedang berbicara seperti sedikit dikit hp"
Selain pada sekolah Negeri, hal tersebut terjadi pada
sebuah Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren. Memang jika di Pondok Pesantren
tidak dibolehkan membawa hp dan ketika pandemi pun ada yang sudah melakukan
pembelajaran tatap muka meski tidak semua santri. Pengalaman saya sendiri waktu
itu Pondok Pesantren hanya membuat sebuah kebijakan untuk kelas 1 KMI dan juga
6 KMI. Mengapa demikian? Dikarenakan kelas 1 KMI ini merupakan santri baru yang
memasuki dunia Pondok Pesantren, dan Kelas 6 ini sudah lama dan juga kebetulan waktu
itu menjadi pengurus. Kedatangan santri yang ber-angsur diberlakukan,
dengan melakukan tes antigen sebelum memasuki lingkungan Pondok Pesantren.
Ternyata hal krisis akan sopan santun juga terasa seperti halnya jika bertemu
tidak pernah berjabat tangan akan tetapi hanya memanggil tetapi tidak
menunduk.
Dengan demikian Pondok Pesantren melakukan edukasi
kembali mengenai adabul ‘Ilmi. Dalam adabul ‘ilmi inilah adab penuntut ilmu
yakni menghormati dan menghargai muddarish
atau gurunya. dengan hal demikian santri sedikit demi sedikit pola kesantunan
santri terbetuk kembali dengan adanya sebuah peringatan dari kakak kelas yang
sekamar, pengurus maupun dari asatidzah.
Selain itu cara yang dilakukan pada sekolah Negeri
seperti yang dijelaskan bapak basir yakni menghidupkan kembali 5S senyum, salam, sapa, sopan, dan santun. Dengan cara setiap sebelum KBM dimulai guru yang piket
atau guru yang sudah datang lebih awal wajib didepan gerbang dengan berjabat
tangan dan juga menyapa siswanya, ketika siswa lupa menundukkan kepala,
berjabat tangan bahkan mengucapkan salam siswa diingatkan oleh guru tersebut,
sehingga hal demikian bisa tercipta kembali seiring bergaandeng dengan
kemajuan sebuah teknologi pada tatanan atau sistem Pendidikan.
Referensi:
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-50537120
https://www.liputan6.com/news/read/5075760/krisis-sopan-santun-dampak-pandemi-sd-negeri-di-tangerang-diberi-pelatihan-mandiri-edukasi
Komentar